Pages

Powered By Blogger

Thursday 24 October 2013

NENEK MOYANGKU SEORANG PELAUT

Ketika mendengar sebuah syair "Nenek Moyang Ku Seorang Pelaut" Sepertinya saat ini sulit menimbulkan rasa kebanggaan terhadap ucapan itu bagi sebagian besar orang Indonesia yang tempat tinggalnya di kelilingi lautan luas. Mungkin kini hanya menjadi sebuah syair yang terdengar lalu melintas begitu saja tanpa merasakan makna dari syair tersebut. Padahal orang dahulu bangga terhadap kepiawaiannya mengarungi samudera, sehingga menggaungkan kata "Jales Veva Jaya Mahe!" atau "Di Laut Kita Jaya!". Lalu kenapa bisa seperti itu?
   Sebenarnya berkat dari Tuhan bangsa ini kaya dengan segala hal, begitupun dengan lautnya. Segala macam jenis ikan-ikan berprotein tinggi ada di dalamnya, terumbu-terumbu karang yang cantik, penyu, ubur-ubur, cumi, kerang, gruita, dan masih banyak lagi organisme laut yang dapat dimanfaatkan terdapat di lautan. Pemandangan dalam lautnya pun sangat menakjubkan. Kawasan pantai hingga ZEE 'Zona Ekonomi Eksklusif' seharusnya bisa dikelola dengan arif dan bijaksana, tapi kenapa saat ini semua orang-orang pemberani hilang begitu saja, tak ada lagi yang mampu menuju kesana. Sehingga orang-orang yang tiggal jauh dari pesisir tidak perlu banyak-banyak mengkonsumsi ikan asin dengan banyak pengawet. Yah walaupun ikan asin itu nikmat ketika disantap dengan sambel terasi, tempe tahu, dan lalapan. Tapi tahu kan akibatnya apa jika terus mengkonsumsi makanan dengan bahan pengawet? Pilih sehat atau mati cepat? hehehe. Itulah mengapa Indonesia belum bisa dikatakan negara maritim, karena belum bisa mengelola dengan baik apa yang ada di laut padahal lautannya sangat sangaat kaya, dan tentunya sekali lagi dengan pemandangan yang menyegarkan mata dan pikiran.
Banyak destinasi-destinasi pemandangan bawah laut yang oke punya, Indonesia punya Raja Ampat, Bunaken, Lembeh, Karimun Jawa, Kakaban, Alor dsb. Sayang aja kalau tempat-tempat seperti ini dikotori sampah, soalnya pas main ke salah satu Pulau yang berada pada gugusan Pulau Seribu, pas tahun 2008 yang gw liat sepanjang perjalanan sampah lagi sampah lagi. Again, waktu gw punya kesempatan ke Pulau Seribu tanggal 15 kmarin keadaanya tetap sama bahkan sampah itu makin banyak seperti sungai sampah di lautan.
Lalu balik lagi kemana rasa bangga terhadap apa yang kita punya, rasa bangga sepertinya hilang setelah rasa memiliki dan kecintaan hilang. Jika penduduk Indonesia merasa memiliki seharusnya tidak ada orang Indonesia yang merusak dan mengotori apa yang dimilikinya, kita seharusnya bisa menjaga apa yang dititipkan pada kita. Permasalahan mengenai sampah sepertinya tidak akan pernah berhenti selama kita masih bersikap tak acuh.
  Jadi pesan saya jaga apa yang dititipkan oleh Tuhan kepada kita, jaga dan manfaatkan dengan arif dan bijaksana. :)
JALES VEVA JAYA MAHE!!!

No comments:

Post a Comment